Topang Industri 4.0, Kemenperin Revitalisasi Litbang dan Bangun Pusat Inovasi
By Admin
nusakini.com--Kementerian Perindustrian akan melakukan revitalisasi kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) serta berupaya membangun pusat inovasi dalam mendukung implementasi revolusi industri generasi keempat di Tanah Air sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. Langkah strategis ini dapat memperkuat daya saing industri manufaktur nasional di kancah global melalui peningkatan nilai ekspor, produktivitas, dan kompetensi sumber daya manusia (SDM).
“Untuk mendorong hal ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI)terus berdiskusi dengan para stakeholder, mulai dari kementerian dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha, asosiasiindustri, hingga akademisi,” kata Kepala BPPI Kemenperin Ngakan Timur Antara di Jakarta, Rabu (30/5).
Ngakan menjelaskan, guna merevitalisasi kegiatan litbang, Balai Besar serta Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand Industri) sebagai unit pelayanan teknis (UPT) di lingkungan BPPI akan diarahkan fokus melakukan kegiatan litbangnya sesuai kebutuhan lima sektor industri yang menjadi percontohan pada tahap awal penerapan industri 4.0 di Indonesia.
“Kami punya 24 UPT litbang yang bakal dipacu untuk mendukung lima sektor prioritasindustri 4.0, yakni industri makanan dan minuman, kimia, tekstil, elektronik dan otomotif,” paparnya.
Sementara itu, dalam upaya membangun pusat inovasi yang sesuai konsep industri 4.0, Kemenperin berencana untuk menginisiasi pembangunan Pusat Inovasi Makanan dan Minuman (PIMM). “Pemilihan industri makanan dan minuman didasarkan pada besarnya kontribusi sektor tersebut terhadap ekonomi nasional, dan juga tingkat kesiapan industri makanan dan minuman dalam menerapkan Industri 4.0 yang relatif lebih bagus,” jelas Ngakan.
Pada tahun 2017, industri makanan dan minuman mampu berkontribusi mencapai 34,33 atau lebih darisepertiga total nilai Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas nasional. Selanjutnya,realisasi investasi sektor industri makanan dan minuman pada tahun 2017 sebesar Rp38,54 triliun untukPMDN dan PMA di angka USD1,97 miliar. Selain itu, lanjut Ngakan, industri makanan dan minuman menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar serta banyak perusahaan di antaranya yang telah menerapkan otomatisasi sehingga lebih mudah meningkat ke penerapan industri 4.0.
“Sebagai inisiasi awal, pembangunan PIMM dilakukan masih terbatas pada tahapan manufacturing saja, namun pada fase selanjutnya akan diperluas hingga ke hulu atau on-farm,” imbuhnya. Komponen-komponen yang akan dibangun di PIMM tersebut, antara lain model factories, mobile labs, sensors, capacity building, assessment dan benchmarking, serta akses terhadap ketersediaan teknologi.
Ngakan meyakini, kehadiran PIMM nantinya dapat memberikan dampak positif yang luas terhadap perekonomian nasional, di antaranya adalah penguatan kapasitas Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM), menghubungkan penyedia teknologi dengan praktisi industri, meningkatkan kapasitas SDM, dan berperan sebagai model factory. “Pembangunan PIMM juga membuktikan keseriusan pemerintah dalam menjalankan industri 4.0,” tegasnya. (p/ab)